Untuk lengkapnya bisa dilihat di tret kaskus di lounge
Secara umum, kami di forum aktif mengadakan baksos kira-kira setiap tahun, tahun ini diawali di Bandung berupa Pengobatan gratis dan pembagian beras gratis. Melanjutkan program tersebut, program Charity II dengan tema "Renovasi, Pembenahan dan Kemandirian" sudah dimulai prosesnya.
Program ketrampilan diantaranya memasak/membuat kue dan telur asin, bercocok tanam dan ternak, menjahit. Juga pelatihan kewirausahaan untuk pengetahuan mereka.
Alhamdulillah banyak sekali dukungan datang dari berbagai regional dan sub forum, diantaranya adalah:
SUB FORUM
Forum Supranatural, Spiritual dan Budaya, The Lounge, Forum Arsitektur, Forum Martial Arts, Entrepreneur Corner, Tanaman, Book Review
Regional di PULAU JAWA: Regional Jakarta, Regional Surabaya, Regional Bandung, Regional Cirebon, Regional Semarang, Regional Malang, Karesidenan Madiun, Karesidenan Kediri, Karesidenan Besuki
Sumatera: Regional Palembang, Regional Minangkabau, Regional Jambi
SULAWESI,Regional Makassar, Regional Palu, Regional Manado, Regional Kendari
dan juga transfer dana dari kaskuser dari luar negeri pun sudah kami terima .
Acara puncak tanggal 23 Juli 2011.
Jadi jika ingin berdonasi berupa uang, buku (buku pelajaran,novel, etc), pakaian baru/layak pakai, material bangunan (diutamakan di bandung), bibit tanaman, tenaga atau apa pun, silakan kontak saya via komen atau langsung ke tret d kaskus tersebut diatas.
Ditunggu yahhh......
Sunday, May 29, 2011
Sunday, May 22, 2011
My perfect breakfast
That is my perfect breakfast. Mostly I take chocolate milk + oat meal + cereal for my breakfast, plus reading newspaper and read business news.
That is not because I'm businesswoman who search for opportunity, but that is part of my duty for the past several years.
My duty is to find news related to my office project then report to my boss.
But beside that, I like to see what's going on in the world yesterday.
Business update like X company buy 51% share of other company, or merger, or new product release, or business disputes, or new regulation, or just simply find discount promo in stores ha ha.
javascript:void(0)
Wednesday, May 04, 2011
Study Visit a la Jepang dan a la Indonesia
Kunjungan kenegaraan (alias tugas) a la Indonesia
Nuansa ketidakpercayaan rakyat Indonesia terhadap para wakilnya a.k.a anggota DPR seperti tiada habisnya. Saat ini yang marak adalah tentang penolakan pembangunan gedung baru DPR dan juga masalah studi banding keluar negeri.
Baru-baru ini anggota komisi VIII berstudi banding ke Australia. Bahkan berdasar sebuah thread di Kaskus yang berjudul [profesionalisme dpr] email resmi aja tidak punya , dilaporkan secara cukup detil dan kronologis bagaimana isi jalannya sebuah dialog anggota DPR dengan rakyatnya.
Beberapa poin yang bisa ditarik tentang kunjungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. dianggap tidak dipersiapkan secara matang, antara lain dilihat dari tidak tepatnya waktu kunjungan (pada masa reses parlemen), institusi yang dikunjungi, ditolaknya visa salah satu peserta
2. peserta studi banding mengajak keluarganya. sebenarnya selama itu dibiayai dari uang pribadi, bukan uang rakyat si tidak masalah, tapi benarkah itu dari uang pribadi dan bukan uang rakyat?
Kunjungan a la Jepang
Karena saya bekerja di kantor Jepang, mungkin saya bisa bercerita sedikit tentang perilaku dan tatacara ala Jepang dalam hal ini dan apa yang saya ketahui tentang sebuah kunjungan
Case 1.
untuk tugas kantor biasa, misalnya menghadiri rapat di luar negeri, menjadi pembicara seminar/workshop di luar negeri, mereka akan datang dan pulang pada waktunya, misal acara selesai jam 3 sore, malam mereka sudah kembali ke Jepang! Di benak saya pun terbersit "mbok ya" besok aja pulangnya, buat mengenal Indonesia dan counterpart di Indonesia.
Case 2.
Sedangkan untuk kunjungan studi banding/study visit yang saya tahu adalah kunjungan orang Indonesia ke Jepang dengan biaya dari pemerintah Jepang, memang secara mendasar berbeda dengan kunjungan anggota DPR ke negara lain, yang akan saya titik beratkan adalah bagaimana cara tersebut diatur.
Berkaitan dengan proyek yang kami jalani tentang percepatan pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) maka dianggap perlu oleh expert kami (orang jepang) dan counterpart di lembaga pemerintahan Indonesia untuk mengujungi negara lain yang sudah mengalami kesuksesan dalam pendirian, pengaturan PPKD agar sustainable.
Ada beberapa pilihan negara, dan akhirnya dipilih Jepang karena bisa menghemat anggaran karena di Jepang ada fasilitas akomodasi (semacam guest house bagi tamu), dan juga karena expert kami bisa dengan mudah merencanakan kunjungan (memilih institusi, contact person yang ditemui, mengatur waktu dan agenda kunjungan) agar tepat waktu, tepat sasaran dan bermanfaat.
Pemilihan peserta dari beberapa lembaga dan kementrian di Indonesia saat itu dilakukan oleh lembaga tersebut sendiri, siapa yang akan berangkat. Dan kemudian mengisi form yang antara lain menunjukkan latar belakang pendidikan, relevansi jabatan dengan tujuan kunjungan, kemampuan berbahasa asing, riwayat kesehatan. Secara umum, hal2 ini dengan kriteria tertentu bisa menyebabkan ditolaknya aplikasi ini oleh pemerintah Jepang. dengan berbagai birokrasi akhrinya rombongan ini dengan sukses berangkat.
Dari kunjungan ini mereka diharuskan membuat laporan resmi dan dipresentasikan, dan sepulang dari kunjungan mereka harus memformulaskan langkah apa yang akan diambil oleh lembaga mereka berkaitan dengan proyek ini setelah mendapat pandangan baru tentang jepang. Artinya, ada sisi pertanggungjawaban yang harus mereka lakukan berkaitan dengan "fasilitas" berkunjung ke negara lain. Well 2 lembaga melaporkan dengan sukses dan 1 lembaga kurang menuaskan.
Sebagai tambahan, dalam kunjungan itu juga diatur city sight seeing tour juga, tapi selain itu, jadwal kunjungan cukup padat.
Case 3 kunjungan ala Indonesia
Kemudian ternyata ada lembaga lain yang kebetulan tidak berkesempatan bergabung dengan rombongan tadi ingin mengadakan kunjungan yang sama ke negara lain, rencana awal Spanyol atau Prancis. Ok itu tidak bermasalah, terserah saja.
Namun hal itu menjadi masalah ketika mereka tidak berkonsultasi kepada orang yang lebih tahu dan lebih kenal lembaga2 terkait di negara tujuan, dalam hal ini kepada expert kami agar kunjungan mereka semakin tepat sasaran.Akhirnya berita tentang kunjungan ini semakin simpang siur dan ketika dikonfirmasi oleh kami dan lembaga lain agar dapat berbagi pengetahuan dan hasil dari kunjungan untuk kepentingan rakyat pun, tidak ada hasil nyatanya. Kemudian orang pun menjadi berburuk sangka karena kunjungan dilakukan di akhir tahun anggaran mungkin "hanya" alasan utnuk menghabiskan anggaran
Begitulah sedikit gambaran dan perbandingan, semoga bermanfaat sebagai pengetahuan dan memperbaiki langkah kita
Nuansa ketidakpercayaan rakyat Indonesia terhadap para wakilnya a.k.a anggota DPR seperti tiada habisnya. Saat ini yang marak adalah tentang penolakan pembangunan gedung baru DPR dan juga masalah studi banding keluar negeri.
Baru-baru ini anggota komisi VIII berstudi banding ke Australia. Bahkan berdasar sebuah thread di Kaskus yang berjudul [profesionalisme dpr] email resmi aja tidak punya , dilaporkan secara cukup detil dan kronologis bagaimana isi jalannya sebuah dialog anggota DPR dengan rakyatnya.
Beberapa poin yang bisa ditarik tentang kunjungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. dianggap tidak dipersiapkan secara matang, antara lain dilihat dari tidak tepatnya waktu kunjungan (pada masa reses parlemen), institusi yang dikunjungi, ditolaknya visa salah satu peserta
2. peserta studi banding mengajak keluarganya. sebenarnya selama itu dibiayai dari uang pribadi, bukan uang rakyat si tidak masalah, tapi benarkah itu dari uang pribadi dan bukan uang rakyat?
Kunjungan a la Jepang
Karena saya bekerja di kantor Jepang, mungkin saya bisa bercerita sedikit tentang perilaku dan tatacara ala Jepang dalam hal ini dan apa yang saya ketahui tentang sebuah kunjungan
Case 1.
untuk tugas kantor biasa, misalnya menghadiri rapat di luar negeri, menjadi pembicara seminar/workshop di luar negeri, mereka akan datang dan pulang pada waktunya, misal acara selesai jam 3 sore, malam mereka sudah kembali ke Jepang! Di benak saya pun terbersit "mbok ya" besok aja pulangnya, buat mengenal Indonesia dan counterpart di Indonesia.
Case 2.
Sedangkan untuk kunjungan studi banding/study visit yang saya tahu adalah kunjungan orang Indonesia ke Jepang dengan biaya dari pemerintah Jepang, memang secara mendasar berbeda dengan kunjungan anggota DPR ke negara lain, yang akan saya titik beratkan adalah bagaimana cara tersebut diatur.
Berkaitan dengan proyek yang kami jalani tentang percepatan pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) maka dianggap perlu oleh expert kami (orang jepang) dan counterpart di lembaga pemerintahan Indonesia untuk mengujungi negara lain yang sudah mengalami kesuksesan dalam pendirian, pengaturan PPKD agar sustainable.
Ada beberapa pilihan negara, dan akhirnya dipilih Jepang karena bisa menghemat anggaran karena di Jepang ada fasilitas akomodasi (semacam guest house bagi tamu), dan juga karena expert kami bisa dengan mudah merencanakan kunjungan (memilih institusi, contact person yang ditemui, mengatur waktu dan agenda kunjungan) agar tepat waktu, tepat sasaran dan bermanfaat.
Pemilihan peserta dari beberapa lembaga dan kementrian di Indonesia saat itu dilakukan oleh lembaga tersebut sendiri, siapa yang akan berangkat. Dan kemudian mengisi form yang antara lain menunjukkan latar belakang pendidikan, relevansi jabatan dengan tujuan kunjungan, kemampuan berbahasa asing, riwayat kesehatan. Secara umum, hal2 ini dengan kriteria tertentu bisa menyebabkan ditolaknya aplikasi ini oleh pemerintah Jepang. dengan berbagai birokrasi akhrinya rombongan ini dengan sukses berangkat.
Dari kunjungan ini mereka diharuskan membuat laporan resmi dan dipresentasikan, dan sepulang dari kunjungan mereka harus memformulaskan langkah apa yang akan diambil oleh lembaga mereka berkaitan dengan proyek ini setelah mendapat pandangan baru tentang jepang. Artinya, ada sisi pertanggungjawaban yang harus mereka lakukan berkaitan dengan "fasilitas" berkunjung ke negara lain. Well 2 lembaga melaporkan dengan sukses dan 1 lembaga kurang menuaskan.
Sebagai tambahan, dalam kunjungan itu juga diatur city sight seeing tour juga, tapi selain itu, jadwal kunjungan cukup padat.
Case 3 kunjungan ala Indonesia
Kemudian ternyata ada lembaga lain yang kebetulan tidak berkesempatan bergabung dengan rombongan tadi ingin mengadakan kunjungan yang sama ke negara lain, rencana awal Spanyol atau Prancis. Ok itu tidak bermasalah, terserah saja.
Namun hal itu menjadi masalah ketika mereka tidak berkonsultasi kepada orang yang lebih tahu dan lebih kenal lembaga2 terkait di negara tujuan, dalam hal ini kepada expert kami agar kunjungan mereka semakin tepat sasaran.Akhirnya berita tentang kunjungan ini semakin simpang siur dan ketika dikonfirmasi oleh kami dan lembaga lain agar dapat berbagi pengetahuan dan hasil dari kunjungan untuk kepentingan rakyat pun, tidak ada hasil nyatanya. Kemudian orang pun menjadi berburuk sangka karena kunjungan dilakukan di akhir tahun anggaran mungkin "hanya" alasan utnuk menghabiskan anggaran
Begitulah sedikit gambaran dan perbandingan, semoga bermanfaat sebagai pengetahuan dan memperbaiki langkah kita
Subscribe to:
Posts (Atom)